Sabtu, 21 Maret 2015
Hukum ketiga termodinamika
menyatakan bahwa suatu kristal sempurna pada nol mutlak mempunyai keteraturan
sempurna, jadi entropinya adalah nol. Pada temperatur lain selain nol mutlak,
terdapat kekacau-balauan yang disebabkan oleh eksitasi termal (Keenan, et.all.,
1999:496). Kristal adalah zat padat yang terdiri dari atom-atom diam dalam
suatu barisan statik barbaniar, suatu keadaan dimanik yang paling teratur. Zat
padat ini merupakan tingkat wujud materi yang amat langka dan terdapat di alam
sebagai planet dan meteorit. Kristal suatu zat padat sebenarnya seperti statik
atau diam saja. Pada tingkat atomik, masing-masing atom itu sebenarnya bergetar
di sekitar tempat kedudukannya dengan arah acak. Getaran itu makin bekurang
jika suhu kristal itu diturunkan alias didinginkan. Jika dibiarkan, getaran itu
akan menjadi semakin giat, benda menjadi panas dan akhirnya membuat
molekul-molekul itu terlepas satu sama lain sehingga relatif saling bebas
membentuk zat cair. Zat cair adalah bentuk materi yang kurang “teratur”
dibanding zat padat tetapi lebih teratur dibandingkan gas. Dan zat cair itu
merupakan wujud yang paling langka dan kompleks. Sedangkan gas adalah bentuk
“kekacauan” paling sempurna yang di dalamnya setiap molekul bergerak bebas
secara acak. Jadi, begitu sulit mendapatkan zat dalam keadaan dinamik teratur
atau kristal sempurna seperti yang dibayangkan hukum ketiga termodinamika
karena pada tingkat atomik setiap zat dalam kedudukannya selalu bergerak acak
yang menyebabkan molekul-molekul menjadi kacau atau tidak teratur.
Hukum pertama membahas tentang kekalnya energi yang secara tak langsung sesuai dengan persamaan Einstein berarti kekalnya materi. Pada sisi lain ketika membahas tentang sifat-sifat sistem yang senantiasa terjadi perubahan interaksi meramalkan terjadinya kemusnahan sistem alam semesta. Ketidak-konsistenan logika hukum termodinamika terjadi pula dalam hukum ketiganya. Hukum ketiga Termodinamika ini membayangkan suatu susunan kristal sempurna dengan cara mengekstrapolasi sampai mencapai suhu nol mutlak. Sepanjang berbagai macam literatur yang penulis baca, tidak dijelaskan besaran suhu pada nol mutlak tersebut [Celcius, Reamur, Fahrenheit, atau Kelvin). Apabila digunakan suatu besaran yang jelas tentu mempunyai arti. Tentunya dalam sistem yang senantiasa berubah, suhu pun berubah. Apabila dikaitkan dengan sistem, suhu merupakan variabel terikat yang mengikuti perubahan sistem.
Hukum ketiga tak lain adalah permainan imajinasi, atau dalam bahasa filsafat suatu struktur kristal sempurna pada nol mutlak merupakan ‘alam ide’ Platonis. Struktur kristal sempurna pada nol mutlak merupakan materi abstrak. Oleh sebab itu, logika hukum ketiga ini menurut Whitehead keliru dalam hal mengkonkretkan suatu hal yang abstrak [misplaced concreteness].
Hukum pertama membahas tentang kekalnya energi yang secara tak langsung sesuai dengan persamaan Einstein berarti kekalnya materi. Pada sisi lain ketika membahas tentang sifat-sifat sistem yang senantiasa terjadi perubahan interaksi meramalkan terjadinya kemusnahan sistem alam semesta. Ketidak-konsistenan logika hukum termodinamika terjadi pula dalam hukum ketiganya. Hukum ketiga Termodinamika ini membayangkan suatu susunan kristal sempurna dengan cara mengekstrapolasi sampai mencapai suhu nol mutlak. Sepanjang berbagai macam literatur yang penulis baca, tidak dijelaskan besaran suhu pada nol mutlak tersebut [Celcius, Reamur, Fahrenheit, atau Kelvin). Apabila digunakan suatu besaran yang jelas tentu mempunyai arti. Tentunya dalam sistem yang senantiasa berubah, suhu pun berubah. Apabila dikaitkan dengan sistem, suhu merupakan variabel terikat yang mengikuti perubahan sistem.
Hukum ketiga tak lain adalah permainan imajinasi, atau dalam bahasa filsafat suatu struktur kristal sempurna pada nol mutlak merupakan ‘alam ide’ Platonis. Struktur kristal sempurna pada nol mutlak merupakan materi abstrak. Oleh sebab itu, logika hukum ketiga ini menurut Whitehead keliru dalam hal mengkonkretkan suatu hal yang abstrak [misplaced concreteness].
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut.
Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperature nol
absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai
minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal
sempurna pada temperatur nol absolute bernilai nol.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
Daftar Blog Saya
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.