Sabtu, 21 Maret 2015
Biaya Monitoring kerja jantung
yang cukup mahal,kini dapat diatasi dengan adanya EKG kreasi mahasiswa Fisika
ITS.
Weip, ITS Online - EKG mungkin sudah sering
kita dengar, tapi banyak masyarakat awam belum mengetahui pemanfaatannya.
Sebenarnya, EKG (Elektro Kardiograf) merupakan perangkat medis yang digunakan
untuk memonitor atau memeriksa kerja jantung seseorang normal atau tidak. Dan
hasil dari pemeriksaan cara ini biasanya disebut Elektro Kardiogram yang
berbentuk grafik.
Dan untuk diketahui, kerja
jantung sangat penting dan labil, tergantung kondisi seseorang dan obat-obatan
yang dikonsumsinya. Maka, bagi seorang dokter sebelum melakukan tindakan lebih
lanjut, untuk menentukan apakah kondisi kerja jantung pasien normal atau tidak.Salah
satunya, dengan mendeteksi menggunakan EKG. Kalau hanya sekedar memberikan
obat-obatan dari luar dikuatirkan biasa berefek negatif pada kerja jantung
seseorang.
Kondisi inilah, yang membuat
mahalnya biaya pemeriksaan dengan EKG. Disamping itu, harga EKG sendiri yang
cukup tinggi sekitar 12-50 juta. Alasan alasan itulah, yang kemudian
menginspirasi Taufik Hidayat, mahasiswa Fisika angkatan `96 untuk membuat EKG
yang lebih murah dan efisien, tetapi tidak menghilangkan aspek akurasi hasil.
"Alat ini memang tidak selengkap EKG yang ada dirumah sakit,tetapi cukup
representatif dan akurat" jelas Taufik yang sekarang menjadi dosen PIKMI
ini.
Bagaimana prinsip kerjanya? Tubuh
manusia memiliki potensial listrik, denyut jantung manusia dapat teramati
dengan adanya perubahan potensial listrik tersebut. Sensor ditempatkan pada
lengan tangan dan kaki, karena ditempat tersebut pulsa potensial denyut dapat
menggambarkan kerja jantung mendekati sebenarnya. Pulsa denyut analog akan
dirubah ke pulsa listrik dengan rangkaian ADC dan kemudian data-data tersebut
akan diolah dengan prosesor yang ada di PC. "Pada prinsipnya, ini hanya
mendeteksi perubahan denyut jantung yang kemudian diubah menjadi data
digital," jelasnya.
Dengan prinsip sederhana itu,
perangkat EKG buatan Taufik ini relatif lebih murah dan efisiensi. Oleh
karenanya, perangkat ini sedang dikembangkan dalam bentuk portable, dengan
menggunakan mikrokontroller sebagai pengganti prosesor di PC. "Kami
sekarang, mencoba membuat yang portable," tambahnya.
Sejalan dengan bermanfaatnya
perangkat ini bagi masyarakat. DIRJEN DIKTI memberikan dana hibah dalam program
Karya Alternatif Mahasiswa (KAM) periode terakhir untuk tahun ini. "Dana
ini,akan digunakan untuk pengembangan alat menjadi portable dan penambahan beberapa
fungsi lagi" ujar Amar Vijay selaku koordinator pengembangan perangkat
ini.
Menurut rencananya, alat ini juga
akan dilengkapi dengan alat ukur suhu tubuh digital dan pengukur tekanan darah
yang portable sehingga cocok untuk digunakan oleh para dokter yang mobilitasnya
tinggi dan klinik-klinik kecil. Sedangkan untuk yang berbasis pada komputer PC
mempunyai keunggulan dapat menyimpan data dari pasien didalamnya. "Kedua
perangkat yang portable maupun PC ini, hasil grafiknya yang mengerti hanya paramedic
saja" tambah Arief Budiono yang merupakan salah satu dari 6 anggota
pembuatan perangkat ini.Disamping itu, juga dibimbing dengan dokter ahli dan
dosen Fisika ITS sendiri.
Sementara,untuk pematenan
perangkat tersebut mereka (tim proyek,red) berharap bantuan pihak ITS dan pihak
ketiga, sambil menunggu dan melihat kedepan mengenai pendanaan dan pemasaran
perangkat tersebut setelah proyek selesai "Saya berusaha juga untuk
mencari pihak ketiga untuk kedepannya" ujar Dra.Endang S.R ,MT selaku
dosen pembimbing yang juga sukses membimbing mahasiswa Fisika lainnya dalam
pembuatan MAUQUTA, jam adzan pertama yang juga lolos program KAM dua tahun
lalu.(m1/rom)
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
Daftar Blog Saya
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.